Gerakan Literasi

 


Sabtu 30 Juli 2022
Setiap hari Sabtu pagi, digelar gerakan literasi di sekolah.
Semua murid harus membawa buku begitu juga para guru.
Murid dan guru duduk di lapangan sekolah. Diberikan waktu sekira 5-10 menit untuk duduk membaca buku yang dibawanya.

Di tahun ajaran ini, program ini dimulai di hari Sabtu kemarin tanggal 23 Juli 2022
dibawah asuhan program PJ MGMP sekolah, ust Fakhri (ust Fahmi Fakhruddin)

Buku yang saya bawa adalah buku ini. Sekian lama buku ini tersimpan di rak buku saya. Saya masih ingat buku ini sebagai hadiah dari kang Asep Sapa'at, beberapa tahun ke belakang, saat beliau mengisi materi pelatihan di Assyifa Boarding School Jalancagak - Subang.

Saat mendapatkan buku itu saya sempat membacanya, beberapa tulisan. Setelah itu saya simpan buku itu di rak buku.

Buku ini baru saya baca lagi saat ini, yaitu untuk bahan bacaan saat gerakan literasi sekolah. 

Luar biasa, ternyata tulisan-tulisan pada buku ini begitu banyak pengalaman para penulisnya yang sangat menggugah. Buku ini adalah tulisan para guru yang menuliskan pengalaman-pengalamannya saat program mengajarnya.

***
Gerakan literasi di hari ini 30 Juli 2022, saya membaca dua tulisan pengamalan yang luar biasa sangat menginspirasi.
Tulisan pertama yang saya baca yaitu tulisan pengalaman bu Yusrina
(halaman 114)
salahsatu pelajaran luar biasa yang saya dapatkan dari tulisan pengalamannya ini adalah, "guru tidak sekedar mengajar tapi mendidik". Tentu saja pernyataan seperti ini sudah tidak asing, dan begitu juga sebelumnya saya telah sering mendengar pernyataan itu. Tapi pada saat membaca buku ini, kalimat itu begitu bertenaga. Penulis meyampaikan pengalamannya tentang peran guru yang tidak sekedar mengajar tapi mendidik.
Tulisan kedua yang saya baca adalah tulisannya Muhammad Hasan Tutupoho, dengan judul tulisan "Bapak Mantap"
Pada tulisan ini pelajaran yang saya dapatkan adalah, keberhasilan utama guru tolak ukurnya adalah murid yang antusias belajar. Saat kelas menjadi sangat antusias belajar. Guru harus banyak kreasi untuk menghidupkan suasana belajar kelas. Ya, tentu saja hal seperti ini juga sudah sering kita dengar bahwa peran guru salahsatunya adalah untuk menghidupkan kelas agar seru belajar antusias. Saat membaca tulisan pengalaman ini, ide gagasan pernyataan itu tampak begitu jelas dan membekas. Saya menarik suatu kesimpulan bahwa peran utama guru adalah menggerakkan kelas agar berada pada kondisi antusias yang menyala. Seperti halnya saat kita akan mematik api maka tugas kita adalah mengondisikan agar bahan itu siap untuk terbakar. Tampak seperti itulah peran guru yaitu harus mengondisikan agar murid siap untuk terbakar semangat belajarnya. Kondisikan suasana kelas agar emosinya bisa menyala untuk belajar. Agar antusiasnya bisa menyala. Menyala untuk belajar tentu saja bukan hanya menyala tapi sekedar seru tidak jelas. Membuat kondisi kelas untuk seru saja bisa jadi mudah karena bisa dihibur dengan cara yang bisa menghiburnya tapi peran guru adalah membuat antusiasnya menyala untuk belajar apa yang akan diajarkan itu.

Jika keberhasilan seorang pemain bola adalah dari dribling-passing-finishing nya maka keberhasilan seorang guru dalam mengajar adalah dalam hal kemampuan menggerakkan kelas agar suasana antusiasnya menyala dan siap terbakar semangat belajarnya.

Great inspiring

Belum ada Komentar untuk "Gerakan Literasi"

Posting Komentar

Postingan Populer

Besaran sosial cinta

 Untuk menguasai suatu bidang, menjadi yang unggul dalam suatu bidang, biasanya tidak cukup berbekal pengetahuan dan langkah teknis saja. Bi...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel