Tidak selalu "mahal berarti kualitas lebih bagus"
Ada ungkapan berbahasa sunda yang sangat familiar: "harga mah moal ngabobodo".
Ungkapan itu berarti: Harga itu tidak akan salah, kalau harga mahal bararti kualitas bagus. Kalau harga murah berarti kualitas lebih murah (baca: rendah) juga.
Pada hari ini ungkapan itu mengalami kegagalannya. Saya membeli kabel Rp 3000 per meter. Harga yang paling mahal diantara tiga buah pilihannya: ada yang Rp 2000 per meter ada yang Rp 2.500 per meter dan ada yang Rp 3000 per meter. Saya pilih yang Rp 3000 per meter karena yakin dengan peribahasa yang sudah tertanam dalam lahan paradigma saya, "lebih mahal berarti kualitas lebih bagus".
Kabel sepanjang 3 meter yang saya beli itu kemudian saya terapkan untuk dijadikan terminal kabel. Apa yang terjadi: karena serabut-tembaga kabel itu kebesaran maka sulit dililitkan di mur staker. Kabel yang Rp 3000 per meter adalah kabel yang paling besar serabut tembaganya. Ternyata karena terlalu besarnya serabut tembaga itu justru membuat kesulitan bahkan sampai saya menyerah melilitkan serabut tembaga kabel itu, terminal pun tidak berhasil dibuat. (Meskipun pada akhirnya, alhamdulillaah terminal berhasil dibuat dan bisa digunakan dengan bantuan usaha keras teman saya).
Pelajaran yang sangat penting: "mahal tidak selalu berarti kualitas juga ikut mahal".
Ketepatan adalah kunci utamanya. Adapun faktor kemahalan adalah salah satu unsur perkiraan saja, pada umumnya harga mahal memang karena kualitas yang lebih bagus. Tentu saja tidak selamanya salah.
Pelajaran pentingnya: selaraskan perbelanjaan dengan kebutuhannya.
Belum ada Komentar untuk "Tidak selalu "mahal berarti kualitas lebih bagus""
Posting Komentar